Oleh Ego
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada lahir dalam kancah revolusi. Pada akhir Perang Dunia II, setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, dan diproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandoeng. Sebagai hasil pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah Jepang oleh Pemerintah Republik Indonesia, STT ini merupakan kelanjutan Koo Gyoo Dai Gaku pada masa pendudukan Jepang dan Technische Hoogeschool pada masa pendudukan Belanda.
Akibat pertikaian antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Belanda yang dibantu oleh tentara Sekutu, dan juga atas usul beberapa mahasiswa, STT Bandoeng pada bulan Januari 1946 mengungsi ke Yogyakarta. Secara resmi, STT Bandoeng di Jogjakarta dibuka pada tanggal 17 Februari 1946, dengan bagian-bagian yang sama seperti ketika masih di Bandung, yakni Bagian Teknik Sipil, Bagian Teknik Mesin-Listrik, dan Bagian Teknik Kimia. Pada awal kegiatannya di Yogyakarta, STT ini menempati ruang-ruang di gedung olah raga Sekolah Menengah Tinggi (SMT) di kawasan Kota Baru. Kegiatan kuliah diselenggarakan pada sore hari.
Akibat pertikaian antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Belanda yang dibantu oleh tentara Sekutu, dan juga atas usul beberapa mahasiswa, STT Bandoeng pada bulan Januari 1946 mengungsi ke Yogyakarta. Secara resmi, STT Bandoeng di Jogjakarta dibuka pada tanggal 17 Februari 1946, dengan bagian-bagian yang sama seperti ketika masih di Bandung, yakni Bagian Teknik Sipil, Bagian Teknik Mesin-Listrik, dan Bagian Teknik Kimia. Pada awal kegiatannya di Yogyakarta, STT ini menempati ruang-ruang di gedung olah raga Sekolah Menengah Tinggi (SMT) di kawasan Kota Baru. Kegiatan kuliah diselenggarakan pada sore hari.

Pada tahun yang sama, yakni bulan Januari 1946 di Yogyakarta dibentuk Universitas atau Balai Perguruan Tinggi (BPT) Swasta Gadjah Mada. Namun STT Bandoeng tidak menjadi bagian dari Perguruan Tinggi Swasta tersebut, karena STT Bandoeng di Jogjakarta adalah lembaga pemerin-tah (negeri). Jadi STT Bandung merupakan pergu-ruan tinggi negeri yang pertama di Yogyakarta.
Tidak lama kemudian STT Bandoeng di Jogjakarta diubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik Jogjakarta, dan kegiatan perkuliahan pindah dari Kotabaru ke Kampus Jetis Yogyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya selain Kampus Jetis, STT Jogjakarta juga memiliki laboratorium di Jl. Krasak dan di Jl. Pingit Yogyakarta.
Tidak lama kemudian STT Bandoeng di Jogjakarta diubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik Jogjakarta, dan kegiatan perkuliahan pindah dari Kotabaru ke Kampus Jetis Yogyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya selain Kampus Jetis, STT Jogjakarta juga memiliki laboratorium di Jl. Krasak dan di Jl. Pingit Yogyakarta.

Dalam masa perjuangan mempertahankan negara (Clash II, Desember 1948 - Oktober 1949), baik STT Jogjakarta maupun BPT Swasta Gadjah Mada terpaksa ditutup. Para dosen, mahasiswa, dan pegawai STT Jogjakarta mem-bantu perjuangan fisik dan turut bergerilya bersama-sama rakyat dan Tentara Nasional Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1949 setelah kedaulatan kembali ke tangan Republik Indonesia, STT Jogjakarta digabung dengan Sekolah Tinggi Kedokteran (yang sebelumnya hijrah ke Klaten setelah Jakarta diduduki Sekutu), dan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (swasta) menjadi Universiteit Negeri Gadjah Mada. STT Jogjakarta kemudian berstatus sebagai Fakulteit Teknik Universiteit Gadjah Mada dengan bagian yang sama seperti ketika masih di Bandung. Tanggal tersebut kemudian dinyatakan sebagai tanggal kelahiran Universitas Gadjah Mada.

Pada tahun 1950, karena kekurangan staf pengajar dan mahasiswa. Bagian Mesin-Listrik Fakultas Teknik terpaksa ditutup. Pada tahun 1957 - 1966, Fakultas Teknik UGM memperoleh bantuan dari University of California Los Angeles (UCLA) berupa tenaga-tenaga pengajar, peralatan, buku-buku untuk pendidikan, dan beasiswa pendidikan lanjut untuk staf pengajar. Dalam periode ini Fakultas Teknik UGM mengembangkan Bagian-bagian baru, yaitu Bagian Teknik Mesin (1959), Bagian Teknik Geodesi-Geologi (1959) yang kemudian dipisah menjadi Bagian Teknik Geodesi dan Bagian Teknik Geologi (1962), Bagian Teknik Arsitektur (1962), dan Bagian Teknik Listrik (1963).

Memasuki tahun 1966, awal masa pemerintahan Orde Baru, Fakultas Teknik UGM mengalami masa yang sulit, karena dana yang terbatas untuk perkembangannya. Kesulitan itu merangsang gagasan untuk mengadakan reuni dan mengajak para alumni Fakultas Teknik UGM untuk menyumbang tenaga dan pikiran bagi pengem-bangan Fakultas. Reuni ini melahirkan KATGAMA (Keluar-ga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada) yang ternyata mempunyai peran yang tidak kecil dalam berbagai upaya pembinaan dan pengembangan Fakultas Teknik UGM. KATGAMA ini pada perkembangan selanjutnya secara organisasi merupakan salah satu Komisariat dari KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada).

Pada tanggal 5 Desember 1974 ditandatangani Kerjasama Induk antara Universitas Gadjah Mada dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang kemudian diperpanjang pada tanggal 22 Februari 1978. Pendidikan Teknik Nuklir merupakan salah satu kerjasama tersebut yang dituang-kan dalam beberapa Naskah Pengaturan Kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dengan Pusat Penelitian Bahan Murni dan Instrumentasi (PPBMI) dan Pusat Pendidikan dan Latihan (PUSDIKLAT) BATAN Yogyakarta. Hasil dari kerjasama tersebut adalah didirikannya Bagian Teknik Nuklir pada bulan Agustus 1977.
ada tahun 1998 Fakultas Teknik UGM membuka Program Studi Teknik Industri yang berada di bawah Jurusan Teknik Mesin dan Program Studi Teknik Fisika yang berada di bawah Jurusan Teknik Nuklir. Pada tahun itu pula Jurusan Teknik Nuklir diganti menjadi Jurusan Teknik Fisika, dengan menyelenggarakan 2 (dua) program studi, yaitu Teknik Fisika dan Teknik Nuklir.
Dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000, maka sejak tahun 2001/2002 seluruh program studi di lingkungan Fakultas Teknik UGM telah memberlakukan kurikulum baru yang berbasis pada kompentensi lulusan yang berorientasi kepada learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be. Kurikulum 2001/2002 tersebut lebih ringkas dan lebih padat, yakni berkisar antara 144 sks – 151 sks dan terdistribusi dalam 8 semester, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah dan kualitas lulusan serta memper-pendek lama studi rerata mahasiswa.
Dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000, maka sejak tahun 2001/2002 seluruh program studi di lingkungan Fakultas Teknik UGM telah memberlakukan kurikulum baru yang berbasis pada kompentensi lulusan yang berorientasi kepada learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be. Kurikulum 2001/2002 tersebut lebih ringkas dan lebih padat, yakni berkisar antara 144 sks – 151 sks dan terdistribusi dalam 8 semester, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah dan kualitas lulusan serta memper-pendek lama studi rerata mahasiswa.
0 komentar:
Posting Komentar